Minggu, 24 Oktober 2010

Perang Israel-Palestina

GEKA-WRITENOW (Jumat 9 Januari): Banyak pihak yang memperkirakan perang Israel-Palestina berlangsung lama. Melalui blog ini, saya akan menuliskan beragam informasi yang berkaitan dengan perang tersebut. Pertama-tama adalah Israel, negeri yang sejak berabad-abad silam ditakdirkan sebagai bangsa yang doyan perang.
Dalam Alkitab, khususnya di Perjanjian Lama, Israel hampir selalu dikisahkan sebagai bangsa dengan para tokohnya yang sering mengalami cobaan dan untuk keluar dari cobaan harus dengan berperang.
Israel juga dikenal sebagai bangsa yang keras kepala, suka melawan Tuhan. Dalam Alkitab, tabiat Israel yang seperti itu, ditulis dengan “tegar tengkuk.”
Sikap tegar tengkuknya seperti itu bahkan dibawa saat Yesus Kristus (Messias) lahir ke dunia. Namun sampai saat ini Israel penganut Yahudi tidak mempercayai Yesus sebagai Messias. Dalam konteks ini, Kristen sebenarnya berseberangan dengan Yahudi Israel. Dengan kata lain, sesungguhnya bisa dibilang orang Israel (Yahudi) yang jelas-jelas menolak Kristus adalah musuh bebuyutan orang-orang Kristen.
Menanti Messias
Mereka kini masih menanti-nanti sosok yang mereka percayai sebagai Messias. Oleh sebab itulah, guna menyambut sang Messias itu, mereka yang dulunya tercerai berai harus bersatu dan mendirikan negara “baru” di wilayah yang mereka percayai sebagai tanah perjanjian. Untuk niat itu, langkah apa pun ditempuh, termasuk menghabisi siapa saja yang coba-coba mengganggu dan menghalang-halangi.
Cara yang dipakai Israel untuk melaksanakan “niat suci” itu, lagi-lagi adalah dengan berperang. Sejarah mencatat, Israel terlibat dalam 10 kali peperangan (termasuk penyerangan Galur Gaza 2008-2009). Sebelumnya negeri itu terlibat perang Arab-Israel (1948); perang Kanal Suez (1956); perang Enam Hari (1967); perang Yom Kippur (1973); perang Lebanon (1982); Intifadah (1987); perang Teluk II (Perang Irak 1991); Intifadah Al Aqsa (2000); dan konflik Israel-Lebanon (2006).
Sedangkan tanah perjanjian yang dimaksud adalah Palestina yang dalam Alkitab bernama Kanaan di Timur Tengah. Celakanya, ketika bangsa Israel tercerai berai, di tempat ini telah ada penghuni baru, yaitu bangsa Palestina.
Posisi Israel sekarang dikelilingi Laut Tengah, Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan gurun pasir Sinai. Selain itu dikelilingi pula dua daerah Otoritas Nasional Palestina: Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Jadi wilayah yang sekarang diklaim sebagai tanah perjanjian Israel dulunya merupakan bagian dari Palestina, yang sebelumnya merupakan wilayah Kesultanan Utsmaniyah yang dipercayakan oleh Liga Bangsa-Bangsa (LBB) kepada Britania Raya untuk diadministrasikan pada masa setelah Perang Dunia I sebagai sebuah wilayah mandat.
Pada tahun 1947, berdasarkan informasi di Wikipedia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagai penerus LBB, memutuskan untuk membagi wilayah Mandat Britania atas Palestina. Tetapi hal ini ditentang keras oleh negara-negara Timur Tengah lainnya, juga negeri-negeri Muslim.
Kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah ini. Sedangkan kota Yerusalem yang dianggap suci, dihuni tidak hanya oleh orang Yahudi, tetapi juga orang Muslim dan Kristen akan dijadikan sebagai kota internasional.
Israel sendiri diproklamasikan sebagai negara pada tanggal 14 Mei 1948. Sehari setelah proklamasi, Israel langsung diserbu oleh tentara dari Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan negara Arab lainnya. Tetapi Israel bisa memenangkan peperangan ini dan malah merebut kurang lebih 70% dari luas total wilayah Mandat Britania Raya atas Palestina.
Perang ini menyebabkan banyak warga Palestina yang mengungsi dari daerahnya sendiri. Seiring dengan itu banyak pula kaum Yahudi yang diusir dari negara-negara Arab.
Secara global, masih menurut Wikipedia, Israel dibagi menjadi dua, daerah Israel sejati dan daerah pendudukan. Jika daerah pendudukan Israel tidak ikut disertakan, maka Israel sejati dibagi menjadi enam distrik utama yang disebut dengan istilah mehozot. Distrik-distrik ini adalah Haifa, Selatan, Tel Aviv, Tengah, Utara dan Yerusalem.
Sekarang ini ibukota Israel adalah Tel Aviv. Mimpi Israel adalah menjadikan Yerusalem sebagai ibukota. Sebuah mimpi yang sulit diwujudkan, sebab pasti akan ditentang tidak saja oleh Palestina dan negara-negara Arab, tapi juga negara-negara yang mengklaim punya hubungan psikologis-sosiologis dengan Timur Tengah.
Tempat suci
Banyak tempat di Yerusalem yang diklaim sebagai tempat suci, tidak saja bagi penganut Yahudi, tapi juga Islam dan Kristen, misalnya Tembok Ratapan (Yahudi), Masjid Al-Aqsa dan Qubbat as-Sakhrah (Islam) yang populer dengan sebutan Dome of the Rock.
Tembok Ratapan merupakan tempat tersuci bagi orang Yahudi saat ini. Pada mulanya tembok ini berasal dari kompleks Bait Allah Israel yang dibangun kembali oleh Raja Herodes tahun 37 SM setelah dirusak oleh penguasa Yunani.
Lalu pada tahun 638, Kalifah Ummayah merebut Yerusalem dari tangan Kekaisaran Bizantium, dan tidak lama sesudahnya (685) seluruh kompleks diubah menjadi tempat ibadah dan ziarah umat Muslim.
Bagi umat Muslim Dome of the Rock adalah tujuan ziarah yang menyempurnakan ibadah naik haji, karena tempat ini dipercaya sebagai tempat di mana Nabi Muhammad naik ke surga pada malam Isra Mi’raj. Posisi unik ini menyebabkan Yerusalem menjadi tempat tersuci ketiga bagi umat Muslim, setelah Mekah dan Madinah.
Sampai pertengahan abad yang lalu tidak seorang non-Muslim pun yang diizinkan menginjakkan kakinya ke dalam kompleks ini. Dulu ada kepercayaan, jika seorang non-Muslim berhasil masuk ke kompleks ini, maka jika ia berdoa, doanya pasti diterima Tuhan, karena itu harus mati-matian dicegah.
Dalam sebuah artikel (ditulis oleh Leonard C.Epafras) yang disebarkan lewat milis yang saya terima beberapa hari lalu, disebutkan, meskipun saat ini sudah diizinkan, pihak otoritas Israel melarang keras orang Yahudi untuk menunjukkan simbol-simbol keagamaan mereka (misalnya kippah, tutup kepala) ketika memasuki kompleks ini demi menghindari kemarahan umat Muslim.
Wilayah yang jadi rebutan ini luas keseluruhannya, berdasarkan luas wilayah kedaulatan negara Israel modern, hanya 21.920 km-persegi, atau seperlima luas pulau Jawa. Penduduknya 5,6 juta jiwa (di Israel), 1 juta di Jalur Gaza, dan 1,5 juta di Tepi Barat. Di Israel 80% penduduknya Yahudi, sedangkan di daerah pendudukan 90% Arab Palestina.
Ada perbedaan antara penduduk Arab Israel dan Arab Palestina. Yang pertama adalah orang Arab, termasuk Arab Palestina yang tinggal tetap di Israel ketika negara itu berdiri dan akhirnya menjadi warga negara Israel dan mendapat hak-hak kewarganegaraan seperti ikut pemilu dan mendapat jaminan sosial. Yang kedua adalah Arab Palestina yang tinggal di daerah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza. ***
*sumber ( http://gantyo.blog.mediaindonesia.com/2009/01/09/perang-israel-palestina-1-kenakalan-israel/ )

Dan peperangan israel dengan palestina pun sangat tak berprikemanusiaan, yang dimana tentara-tentara israel yang selalu seenaknya membakkan timas panas kepada warga palestina, meluncurkan rudal penghancur ke palestina. Dan korban pun banyak warga-warga palestina yang takberdosa.
Sekrang bagian keamanan PBB pun sama sekali tak berguna n tak bisa menghentikan agresi militer ISRAEL ini.
"Bersyukurlah karna kita di indonesia msih bisa merasakan nafas perdamaian"

Hubungan Manusia dan Alam

Dalam pelajaran ekologi manusia, kita akan dikenalkan pada teori tentang hubungan manusia dengan alam. Salah satunya adalah anthrophosentis. Di sana dijelaskan mengenai hubungan manusia dan alam. salah satu bentuknya adalah anthoposentris. dimana manusia menjadi pusat dari alam. maksudnya semua yang ada dialam ini adalah untuk manusia.
kalau dipikir-pikir emang benar sih. buat apa coba, ada sapi, ikan, padi, kalau bukan untuk makanan kita. buat apa ada kayu, batu, pasir, kalau bukan buat bangunan untuk manusia. buat apa ada emas, berlian kalau gak dipakai oleh manusia sebagai perhiasan.
Allah SWT. juga menjelaskannya dalam Al Qur’an, bahwa semua yang ada dialam ini memang sudah diciptakan untuk kepentingan manusia.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (al baqarah: 29)
tapi berbeda dengan anthoroposentris yang menempatkan manusia sebagai penguasa yang memiliki hak tidak terbatas terhadap alam, maka islam menempatkan manusia sebagai rahmat bagi alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(al anbiyaa’:107)
walaupun kita diberi kelebihan oleh Allah atas segala sesuatu di alam ini, tapi kelebihan itu tidak menjadikan kita sebagai penguasa atas alam dan isinya. Karena alam dan isinya tetaplah milik Allah. Kita hanya diberikan kekuasaan atas alam tersebut sebagai pengelola dan pemelihara, dan pemakmur.
Kemudia ketika kita berinteraksi dengan alam, tidak seperti paham antroposentris yang menghalalkan sebgala cara asal kebutuhan manusia terpenuhi, islam mengajarkan bahwa hak kita dalam memanfaatkan alam juga dibatasi oleh hak alam dan isinya itu sendiri.
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al an’am:141)”
kita tidak boleh berlegih-lebihan dalam memanfaatkannya, sehingga menimbulkan kerusakan. seharusnya semua yang ada dialam ini kita jadikan sebagai sarana untuk berpikir akan kebesaran Allah SWT.
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.(ar ra’du: 4)”
(link : http://dkmfahutan.wordpress.com/2007/02/12/hubungan-manusia-dan-alam/ ) 

Kerusakan lingkungan sebagai pemicu terjadinya global warming atau pemanasan global dan climate challange atau perubahan iklim menyebabkan ketidakseimbangan alam semesta. Banjir, longsor, gempa bumi, angin kencang, gelombang pasang, cuaca buruk, membuat kita perlu merenung dan merumuskan kembali hubungan manusia dengan alam semesta. Manusia adalah makhluk Tuhan, begitu pula lingkungan atau alam semesta adalah ciptaan Tuhan. Lalu bagaimanakah kita memposisikan hubungan ini berdasarkan Alquran ?

Di dalam Alquran surat Ar Ruum ayat 41 Allah SWT memperingatkan kerusakan lingkungan atau alam semesta ini. Dhoharol fasadu Fil Barri wal Bahri Bima Kasabat Aydinnaasi Liyudziqohum dhol Ladzi Amiluu allahum Yarjiun; Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Ada beberapa catatan atas surat Ar Ruum ayat 41 ini, pertama kerusakan lingkungan sebagai pemicu terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim diungkapkan oleh Alquran dengan ungkapan dhoharol fasadu fil ardhi wal bahri dimana titik berat dari pernyataan tersebut adalah kata fasad.

Kedua, ayat ini turun 15 abad yang lalu. Itu artinya bahwa kerusakan lingkungan sudah terjadi sejak 15 abad yang lalu atau bahkan lebih. Ketiga, ayat ini turun selain menginformasikan pada kita tentang kondisi cuaca alam semesta secara umum juga memberikan peringatan kepada kita tentang kondisi cuaca alam semesta yang kritis ini.

Keempat, dengan adanya ungkapan bima kasabat aydinnaas karena perbuatan tangan manusia itu artinya manusia adalah faktor dominan atas terjadinya kerusakan lingkungan. Semua kerusakan lingkungan yang akan berujung pada pemanasan global dan perubahan ilkim berdasarkan ayat ini murni karena ulah manusia.

Lalu bagaimanakah seharusnya hubungan manusia dan lingkungan atau alam semesta ini ?, sejumlah ayat Alquran memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Kata fasad di dalam alquran yang berarti kerusakan sering dirangkai dengan kata ishlah yang berarti perbaikan. Kata fasad biasanya berarti kerusakan lingkungan sedangkan kata ishlah biasanya berarti perbaikan lingkungan.

Di dalam surat Al Arof ayat 56, dengan memperhatikan kata fasad dan kata ishlah, Allah menjelaskan tentang perilaku buruk manusia terhadap lingkungan atau alam semesta. Wal Tufsiduu Fil Ardhi da ishlahiha; Dan janganlah kamu membuat kerusakan lingkungan setelah (Allah) memperbaikinya .

Dengan metode yang sama, memperhatikan kata fasad dan kata ishlah di dalam surat As Syura ayat 150 -152 Allah SWT memerintahkan atau mewajibkan kita untuk tidak mentaati perundang undangan dan peraturan sebuah negara, bangsa, atau pemerintah manapun yang memiliki undang undang atau peraturan yang tidak ramah lingkungan.

150. Fattaqullah Wa Athiun ( Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;) 151. Wa La Tuthiuu Amrol Musrifin (Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,)  152. Alladzina Yufsidun Fil Ardhi Wa La Yushlihun ( Yang membuat kerusakan lingkungan dan tidak pernah mengadakan perbaikan lingkungan". )

Begitu pula di dalam surat Albaqoroh ayat 11, Allah SWT mengecam sikap orang orang munafik yang mengklaim atau mengaku dirinya sebagai mushlih atau orang orang yang selalu mengadakan perbaikan lingkungan, padahal sebaliknya ia adalah sebagai seorang mufsid atau perusak lingkungan.

Wa Idza Qila Lahum La Tufsiduu Fil Ardhi Qoluu Innama Nahnu Mushlihun; Dan bila dikatakan kepada mereka orang orang munafik: "Janganlah kamu membuat kerusakan lingkungan". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan lingkungan."

Kerusakan lingkungan yang diungkapkan dengan istilah fasad di dalam Alquran dan perbaikan lingkungan yang diistilahkan dengan kata ishlah betul betul menjadi informasi yang sangat berharga bagi kita semua di dalam menghadapi isu global warming pemanasan global dan isu climate challenge perubahan iklim. Mudah mudahan kita semua termasuk orang-orang muslih orang orang yang dapat memperbaiki lingkungan bukan orang orang mufsid yaitu orang orang yang merusak lingkungan, amin ya rabbal alamin.

*) Penulis adalah ketua Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Indramayu