Perjuangan Soekarno dan Nasib Bangsa Kita
Sebuah pepatah mengatakan bahwa "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati Pahlawannya". Makna ungkapan tersebut memberikan pengertian kepada kita sebagai generasi penerus bangsa, agar memahami perjuangan bangsanya pada masa lalu sehingga kita dapat belajar dari pengalaman para pendahulu kita dalam usahanya melahirkan Negara Republik Indonesia.
Soekarno, salah seorang pejuang yang telah memberikan kontribusi besar kepada bangsa Indonesia ini. Ia tidak hanya seorang pahlawan melainkan juga seorang negarawan dan guru bangsa bagi Indonesia, baik dalam pemikiran maupun tindakan.
Orang yang dilahirkan dengan nama Kusno Sostrodiharjo ini adalah Presiden Indonesia pertama sekaligus Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Anak dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Sarimben dan Raden Soekemi Sosrodiharjo ini dilahirkan di kota Surabaya pada tanggal 6 Juni tahun 1901. Soekarno dilahirkan disaat fajar mulai menyingsing sehingga Soekemi menganggap anaknya sebagai “sang fajar” yang dilahirkan dalam abad Revolusi Kemanusiaan.
Pada tahun 1908, Soekarno menjalani Sekolah Dasarnya di HIS yang kemudian pindah ke Sekolah Eropa atau Europesche Lagere School (ELS) di kota Mojokerto pada tahun 1911, yang kemudian diselesaikan pada tahun 1916.
Memasuki usia 14 tahun, seorang teman bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajaknya tinggal di Surabaya. Ayahnya sudah lama mengharapkan anak lelakinya itu tinggal di rumah temannya, yang merupakan seorang pemimpin politik Jawa yang sangat penting saat itu. Tjokroaminoto adalah seorang Nasionalis Indonesia dan seorang pimpinan Sarekat Islam. Seorang tokoh dengan cita-citanya yang tinggi dan sangat mencintai tanah airnya. Maka pada tahun 1916, Soekarno tinggal bersama teman ayahnya tersebut dan masuk sekolah Menengah atau Hogere Burgere school (HBS) di Surabaya.
Setelah menamatkan sekolahnya di HBS pada tahun 1921, putra bangsa ini melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi atau Technische Hooge School (THS) di Kota Bandung, yang kini kita kenal dengan nama ITB (Institut Teknik Bandung) dari tahun 1921-1926. Walaupun sebagian besar dari pendidikan yang Soekarno peroleh merupakan pendidikan barat akan tetapi orang tuanya tidak mengharapkan anaknya menjadi kebarat-baratan (Adam, 1966:42)
Sejarah Perjuangan Politik Soekarno
Tjokroaminoto yang seorang Nasionalis cukup mempengaruhi perhatian Soekarno terhadap perjuangan politik bangsa Indonesia. Dari sanalah Soekarno mulai berkenalan dengan paham Nasionalisme Indonesia yang telah berkembang di Indonesia sejak Boedi Oetomo.
Kesadaran Nasionalnya semakin tampak dengan bergabungnya ia dalam organisasi kaum muda. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusum dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij, sebuah organisasi yang pertama kali berani menuntut kemerdekaan Indonesia. Akhirnya setelah ia lulus dari THS pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikannya pada tanggal 4 Juli 1927 bersama teman-temannya Mr.Iskaq, Dr.Tjipto, M.Boediardjo dan Mr.Soenarjo.
Dalam kegiatan politiknya di PNI, Soekarno banyak mendapat intervensi dari Pemerintah Kolonial Belanda sampai akhirnya pada tanggal 29 Desember 1929 dilakukan penangkapan para pemimpin PNI karena dianggap menghasut, untuk menanamkan permusuhan dan pemberontakan terhadap pihak kolonial Belanda.
Pengadilan politik yang dilakukan penjajah Belanda terhadap Bung Karno dan teman-temannya, memunculkan pledoinya yang dikenal dengan nama “Indonesia Menggugat”, sebuah pidato pembelaan Soekarno yang menentang Imperialisme dan Kolonialisme yang dilakukan penjajah Belanda terhadap masyarakat kita selama berabad-abad. Sampai akhirnya ia dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan.Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. (Wikipedia)
Ajaran Bung Karno
Imperialisme Belanda telah “menyiksa” bangsa indonesia selama berabad-abad. Berbagai penindasan dan penganiayaan telah dirasakan, sampai di masa sekarang kita pun masih dijajah melalui sebuah Imperialisme modern dimana para penjajah itu berusaha mengeksploitasi sumber daya alam kita melalui berbagai macam cara. Sebuah eksploitasi yang dibingkai dengan “kedok” penanaman modal. Sampai kapan bangsa kita akan seperti ini? Apa kata para pendiri bangsa ini melihat bangsa yang telah mereka perjuangkan dengan keringat dan darah tetap menjadi bangsa terjajah?
Bung Karno telah mengenalkan kita pada sebuah semangat kebangsaan, suatu semangat untuk membangun negara, suatu semangat juang untuk membangun Indonesia. Itu lah yang harusnya kita pahami, kita pertahankan. Itu lah warisan bung Karno yang mesti kita bangkitkan kembali, semangatnya, idealismenya, cita-citanya.
Soekarno mengajarkan kita pada berbagai macam pemahamannya, salah satunya adalah Trisakti. Tidak salah apa yang diajarkan soekarno pada saat itu, jika melihat apa yang terjadi dengan bangsa kita sekarang yang tidak memiliki jati diri. Salah satu contohnya bisa kita lihat dengan apa yang ditayangkan oleh televisi. Jika kita melihat tayangan sinetron, apakah tercermin identitas bangsa kita, rasanya tidak. Ajaran Trisakti yang bung karno utarakan dimana bangsa kita harus memiliki identitas dan harus memilki kepribadian rasanya harus dibangun kembali, suatu konsekuensi bangsa yang tidak memiliki identitas, adalah selalu dipandang sebelah mata, selain berakibat ketergantungan.
Begitu pula dengan ajaran Marhaenisme, bung Karno menanamkan pemahaman suatu ekonomi kerakyatan atau Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) untuk membangun perekonomian kita. Dimana kita sebagai bangsa yang kaya akan alam harus membangun ekonomi secara mandiri sehingga kita tidak menjadi bergantung kepada bangsa lain yang memanfaatkan hal tersebut untuk mengeruk sumber daya alam kita. Kita jangan sampai terjebak dalam lingkaran imperialisme ataupun kolonialisme gaya baru.
Ekonomi kerakyatan bertujuan untuk memakmurkan rakyat. Sehingga jangan sampai rakyat yang menjadi korban dan terpinggirkan di negaranya sendiri. Namun pada kenyataannya saat ini kita semakin tesudutkan oleh para penanam modal asing itu. Sebagai contoh perusahaan Freeport di Papua, dengan perusahaan berkelas internasional itu tidak membuat rakyat di sana semakin makmur tetapi semakin terpinggirkan. Fenomena kecemburuan sosial terjadi disana karena mereka sebagai penduduk setempat tidak diberdayakan.
Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa harus mulai menyadari akan fenomena yang terjadi di negeri ini. Tanamkanlah idealisme kebangsaan sedini mungkin, karena dengan idealisme lah kita memiliki semangat untuk membangun bangsa. Idealisme untuk memakmurkan rakyat. Jangan sampai kita menjual bangsa ini kepada bangsa lain. Kenali bangsamu, karena dari sanalah kita bangkit...
Soekarno, salah seorang pejuang yang telah memberikan kontribusi besar kepada bangsa Indonesia ini. Ia tidak hanya seorang pahlawan melainkan juga seorang negarawan dan guru bangsa bagi Indonesia, baik dalam pemikiran maupun tindakan.
Orang yang dilahirkan dengan nama Kusno Sostrodiharjo ini adalah Presiden Indonesia pertama sekaligus Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Anak dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Sarimben dan Raden Soekemi Sosrodiharjo ini dilahirkan di kota Surabaya pada tanggal 6 Juni tahun 1901. Soekarno dilahirkan disaat fajar mulai menyingsing sehingga Soekemi menganggap anaknya sebagai “sang fajar” yang dilahirkan dalam abad Revolusi Kemanusiaan.
Pada tahun 1908, Soekarno menjalani Sekolah Dasarnya di HIS yang kemudian pindah ke Sekolah Eropa atau Europesche Lagere School (ELS) di kota Mojokerto pada tahun 1911, yang kemudian diselesaikan pada tahun 1916.
Memasuki usia 14 tahun, seorang teman bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajaknya tinggal di Surabaya. Ayahnya sudah lama mengharapkan anak lelakinya itu tinggal di rumah temannya, yang merupakan seorang pemimpin politik Jawa yang sangat penting saat itu. Tjokroaminoto adalah seorang Nasionalis Indonesia dan seorang pimpinan Sarekat Islam. Seorang tokoh dengan cita-citanya yang tinggi dan sangat mencintai tanah airnya. Maka pada tahun 1916, Soekarno tinggal bersama teman ayahnya tersebut dan masuk sekolah Menengah atau Hogere Burgere school (HBS) di Surabaya.
Setelah menamatkan sekolahnya di HBS pada tahun 1921, putra bangsa ini melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi atau Technische Hooge School (THS) di Kota Bandung, yang kini kita kenal dengan nama ITB (Institut Teknik Bandung) dari tahun 1921-1926. Walaupun sebagian besar dari pendidikan yang Soekarno peroleh merupakan pendidikan barat akan tetapi orang tuanya tidak mengharapkan anaknya menjadi kebarat-baratan (Adam, 1966:42)
Sejarah Perjuangan Politik Soekarno
Tjokroaminoto yang seorang Nasionalis cukup mempengaruhi perhatian Soekarno terhadap perjuangan politik bangsa Indonesia. Dari sanalah Soekarno mulai berkenalan dengan paham Nasionalisme Indonesia yang telah berkembang di Indonesia sejak Boedi Oetomo.
Kesadaran Nasionalnya semakin tampak dengan bergabungnya ia dalam organisasi kaum muda. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusum dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij, sebuah organisasi yang pertama kali berani menuntut kemerdekaan Indonesia. Akhirnya setelah ia lulus dari THS pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikannya pada tanggal 4 Juli 1927 bersama teman-temannya Mr.Iskaq, Dr.Tjipto, M.Boediardjo dan Mr.Soenarjo.
Dalam kegiatan politiknya di PNI, Soekarno banyak mendapat intervensi dari Pemerintah Kolonial Belanda sampai akhirnya pada tanggal 29 Desember 1929 dilakukan penangkapan para pemimpin PNI karena dianggap menghasut, untuk menanamkan permusuhan dan pemberontakan terhadap pihak kolonial Belanda.
Pengadilan politik yang dilakukan penjajah Belanda terhadap Bung Karno dan teman-temannya, memunculkan pledoinya yang dikenal dengan nama “Indonesia Menggugat”, sebuah pidato pembelaan Soekarno yang menentang Imperialisme dan Kolonialisme yang dilakukan penjajah Belanda terhadap masyarakat kita selama berabad-abad. Sampai akhirnya ia dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan.Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. (Wikipedia)
Ajaran Bung Karno
Imperialisme Belanda telah “menyiksa” bangsa indonesia selama berabad-abad. Berbagai penindasan dan penganiayaan telah dirasakan, sampai di masa sekarang kita pun masih dijajah melalui sebuah Imperialisme modern dimana para penjajah itu berusaha mengeksploitasi sumber daya alam kita melalui berbagai macam cara. Sebuah eksploitasi yang dibingkai dengan “kedok” penanaman modal. Sampai kapan bangsa kita akan seperti ini? Apa kata para pendiri bangsa ini melihat bangsa yang telah mereka perjuangkan dengan keringat dan darah tetap menjadi bangsa terjajah?
Bung Karno telah mengenalkan kita pada sebuah semangat kebangsaan, suatu semangat untuk membangun negara, suatu semangat juang untuk membangun Indonesia. Itu lah yang harusnya kita pahami, kita pertahankan. Itu lah warisan bung Karno yang mesti kita bangkitkan kembali, semangatnya, idealismenya, cita-citanya.
Soekarno mengajarkan kita pada berbagai macam pemahamannya, salah satunya adalah Trisakti. Tidak salah apa yang diajarkan soekarno pada saat itu, jika melihat apa yang terjadi dengan bangsa kita sekarang yang tidak memiliki jati diri. Salah satu contohnya bisa kita lihat dengan apa yang ditayangkan oleh televisi. Jika kita melihat tayangan sinetron, apakah tercermin identitas bangsa kita, rasanya tidak. Ajaran Trisakti yang bung karno utarakan dimana bangsa kita harus memiliki identitas dan harus memilki kepribadian rasanya harus dibangun kembali, suatu konsekuensi bangsa yang tidak memiliki identitas, adalah selalu dipandang sebelah mata, selain berakibat ketergantungan.
Begitu pula dengan ajaran Marhaenisme, bung Karno menanamkan pemahaman suatu ekonomi kerakyatan atau Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) untuk membangun perekonomian kita. Dimana kita sebagai bangsa yang kaya akan alam harus membangun ekonomi secara mandiri sehingga kita tidak menjadi bergantung kepada bangsa lain yang memanfaatkan hal tersebut untuk mengeruk sumber daya alam kita. Kita jangan sampai terjebak dalam lingkaran imperialisme ataupun kolonialisme gaya baru.
Ekonomi kerakyatan bertujuan untuk memakmurkan rakyat. Sehingga jangan sampai rakyat yang menjadi korban dan terpinggirkan di negaranya sendiri. Namun pada kenyataannya saat ini kita semakin tesudutkan oleh para penanam modal asing itu. Sebagai contoh perusahaan Freeport di Papua, dengan perusahaan berkelas internasional itu tidak membuat rakyat di sana semakin makmur tetapi semakin terpinggirkan. Fenomena kecemburuan sosial terjadi disana karena mereka sebagai penduduk setempat tidak diberdayakan.
Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa harus mulai menyadari akan fenomena yang terjadi di negeri ini. Tanamkanlah idealisme kebangsaan sedini mungkin, karena dengan idealisme lah kita memiliki semangat untuk membangun bangsa. Idealisme untuk memakmurkan rakyat. Jangan sampai kita menjual bangsa ini kepada bangsa lain. Kenali bangsamu, karena dari sanalah kita bangkit...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar