Kamis, 20 Juni 2013

Resensi Novel dan Film The GodFather

 
Judul : Sang Godfather – The Godfather
Penulis : Mario Puzo
Harga : Rp ,-
Ukuran : 15 x 23 cm
Tebal : 680 halaman
Terbit : September 2006
“Pembalasan dendam adalah hidangan yang paling lezat kalau disajikan dalam keadaan dingin” (hal. 618)

Sinopsis
Godfather adalah sang pemimpin Mafia bernama Don Vito Corleone, pria pemurah yang tak kenal ampun dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan. Ia pria yang ramah, "logis", adil---dan pemimpin kelompok paling mematikan di Cosa Nostra. Pusat komando Godfather berada di Long Island, tempat ia memimpin kerajaan bawah tanah raksasa yang menguasai berbagai kegiatan bisnis ilegal, perjudian, taruhan pacuan kuda, dan serikat buruh. Tiran, pemeras, pembunuh---ia memberikan persahabatannya (tak ada yang berani menolak) dan menentukan mana yang benar dan mana yang salah (pembunuhan halal dilakukan demi keadilan). The Godfather memaparkan kehidupan Mafia New York City: perebutan kekuasaan, penghargaan terhadap keluarga, cinta, dan loyalitas, dan berbagai konsekuensi hidup di tengah pembunuh, korupsi, dan balas dendam. Para tokohnya merupakan karakter-karakter kompleks yang memiliki harapan, impian, dan ketakutan, tapi juga merupakan pembunuh keji. *** Difilmkan pada tahun 1972, The Godfather dibintangi Marlon Brando, Al Pacino, James Caan, Robert Duvall, dan Diane Keaton. Film ini memperoleh 10 nominasi Oscar dan akhirnya memenangkan Film Terbaik, Pemeran Utama Terbaik (Marlon Brando), dan Skenario Adaptasi Terbaik (Mario Puzo dan Francis Ford Coppola).

Resensi 
The Godfather menceritakan kisah keluarga Mafia yang dipimpin oleh Don Vito Corleone, ia dikenal sebagai salah satu pemimpin Mafia Sisilia yang disegani. Corleone dikenal sebagai seorang pria yang logis, adil dan murah hati. Ia kerap didatangi siapa saja untuk dimintai bantuan. Ia tidak pernah memberikan janji kosong. Hanya satu hal yang diinginkanya, yaitu orang itu menyatakan persahabatannya pada Corleone. Hal ini menyebabkan dirinya digelari “Don” yang terhormat, dan panggilan lainnya yang lebih penuh kasih, “Godfather”.

Awalnya keluarga Corleone hidup secara aman. Bisnisnya berjalan dengan lancar dan menguntungkan. Namun ketentraman ini terganggu ketika Sollonzo yang didukung keluarga mafia Tattaglia, salah satu dari Lima Keluarga Mafia yang berpengaruh di Amerika sekaligus saingan utama keluarga Corleone mengajaknya untuk bekerja sama melakukan bisnis narkotika. Don Corleone menolak.

Penolakan Don Corleone menimbulkan sakit hati bagi Sollonzo dan keluarga mafia Tattaglia. Ditambah dengan kenyataan bahwa tanpa dukungan Corleone tak mungkin bagi Sollonzo untuk melaksanakan bisnis narkotikanya. Don Corleone kemudian ditembak oleh kaki tangan Sollonzo. Peristiwa ini memicu terjadinya perang antar mafia.

Don Corleone luput dari maut, namun terluka cukup parah. Selama Don Corleone dalam perawatan, pimpinan keluarga Corleone dikendalikan oleh Sonny Corleone, putra kedua Don Corleone dan dibantu oleh Tom Hagen selaku consigliere (penasehat) keluarga Corleone.

Sonny mengambil inisiatif membunuh Sollonzo melalui Michael (putra ketiga Don Corleone). Misi ini berhasil dilaksanakan dengan sempurna dan untuk menghindari dari jerat hukum, Michael dilarikan ke Sisilia, Itali.

Belum pulihnya Don Corleone dimanfaatkan oleh keluarga Tattaglia untuk membalas dendam kematian Sollonzo dan memuluskan bisnis narkotikanya. Hal ini membuat Don Corleone yang bijak mengambil langkah untuk menghentikan balas dendam antar keluarga yang tiada akhir. Suskes dengan misi damainya Sang Godfather mengundurkan diri dari dunia mafia. Cerita belum berakhir. Putra bungsu Corleone, Michael Corleone dengan langkah-langkah briliannya terus berusaha untuk mengembalikan kejayaan keluarga Corleone.

Mario Puzo dalam novelnya ini mengemas kisah keluarga Corleone dengan kerajaan bawah tanahnya dengan menarik. Sejak awal pembaca akan diikutsertakan dalam sebuah petualangan sepak terjang sang Godfather beserta tokoh-tokohnya yang memiliki beragam karakter yang kompleks. Terlepas dari benar tidaknya gambaran yang diberikan Puzo dalam novelnya ini, sepak terjang Mafia dalam kehidupan masyarakat Amerika memang tak dak dapat dipungkiri keberadaannya. Cara berutur Puzo yang detail dan sangat hidup dalam The Godfather membuat pembacanya bertanya-tanya, apakah ini merupakan kisah nyata? Namun dalam wawancaranya Puzo mengelak dan mengatakan bahwa novel yang diselesaikannya selama tiga tahun ini disusun hanya berdasarkan riset pustaka belaka.

Ketika the Godfather terbit, novel ini mendapat sambutan yang sangat baik. Puzo bahkan menjadi penulis tenar dan The Godfather kini menjadi novel klasik yang akan dikenang sepanjang masa. Kesuksesan The Godfather berlanjut ketika novel ini dilirik oleh sutradara Francis Ford Copolla yang bersama-sama Puzo mengadaptasi novel ini ke layar perak. Puzo dan Copolla memperoleh Oscar untuk Skenario Adaptasi Terbaik.


The Godfather
  • Tak diragukan lagi, ini adalah seri yang paling mantap. Terutama dengan karakter Vito Corleone yang dibawakan dengan baik oleh Marlon Brando. Benar-benar membuat kita seperti melihat sendiri seorang bos mafia.

Marlon Brando sebagai Vito Corleone, kanan (gambar: timeinc.net)
  • Sejumlah kelompok mafia (asli) berusaha menghentikan proses produksi film ini.
  • Ternyata kepala kuda di atas kasur itu asli. Dan jeritan histeris si aktor bukanlah akting, karena ia tidak tahu sebelumnya bahwa itu asli.
  • Adegan favorit saya ada tiga:
  1. Ketika Bonasera meminta tolong kepada Don Vito untuk membalaskan dendam anak perempuannya. Dialognya benar-benar menggambarkan seperti apa Don Vito tersebut :-D
  2. Ketika Michael dalam masa pengasingan di Sisilia, dan menikah dengan Apollonia (cakep banget :D).
  3. Ketika Don Vito menemui ajalnya.
The Godfather: Part II
  • Di film ini ada dua cerita yang berjalan secara paralel, yaitu cerita tentang Michael dan masa muda Vito. Saya kurang suka dengan cerita Michael. Masa muda Vito jauh lebih menarik :-D  Robert De Niro cukup bagus dalam membawakan karakter Vito muda. Pantaslah kalau ia mendapat Oscar pada film ini.
  • Marlon Brando sebenarnya direncanakan muncul sebagai cameo di sini, tapi hal tersebut tidak terjadi karena ia punya masalah dengan pihak pembuat film. Sayang sekali..
  • Kutipan favorit:
Vito Corleone: I make him an offer he don' refuse. Don' worry.
 
Vito Corleone: [in Italian] Do me this favor. I won't forget it. Ask your friends in the neighborhood about me. They'll tell you I know how to return a favor.

The Godfather: Part III
  • Mengecewakan. Kharisma seorang bos mafia Italia tidak terlihat lagi, sebagaimana dua film sebelumnya. Ceritanya aneh. Mungkin karena waktu pengerjaan skenario yang terlalu cepat (6 minggu), sementara Francis Coppola sebenarnya menginginkan waktu 6 bulan. Yang paling mengecewakan adalah kualitas akting karakter Marie Corleone. Benar-benar payah.
  • Ternyata konflik pada film ini didasarkan pada kisah nyata, yaitu skandal di dalam Bank Vatikan. Termasuk dugaan pembunuhan terhadap Paus John Paul I (yang hanya menjabat selama 33 hari).
  • Kutipan favorit:
Vincent Mancini: Don Lucchesi, you are a man of finance and politics. These things I don't understand.
Don Lucchesi: You understand guns?
Vincent Mancini: Yes.
Don Lucchesi: Finance is a gun. Politics is knowing when to pull the trigger.

2 komentar: